2.1
Perpustakaan Elektronik
Sebelum membahas Perpustakaan elektronik, disini akan
dibahas pengertian perpustakaan secara umum terlebih dahulu. Menurut
Sulistyo-Basuki (1993), Perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung atau
ruangan tempat menyimpan bahan pustaka yang disimpan menurut tata susunan
tertentu dan digunakan untuk pembaca. Yang dimaksud bahan pustaka mencakup
karya cetak seperti buku, majalah, desertasi dan laporan, dan karya non-cetak
atau karya rekam, seperti rekaman audio, video, kaset, piringan hitam, bentuk
mikro, seperti mikrofilm dan mikrofis, serta karya bentuk elektronik, seperti
disket, CD-ROM. Definisi ini merupakan
gabungan definisi perpustakaan secara konvensional/ tradisional.
Dalam perkembangannya, terjadi perubahan dari
perpustakaan biasa ke perpustakaan elektronik. Hal ini ditandai dengan adanya
tambahan koleksi elektronik, seperti disket, kaset dan CD-ROM, Perpustakaan
Digital, serta Perpustakaan Maya (Virtual
Library).
Perpustakaan
Elektronik adalah perpustakaan yang mengoleksi media elektronik analog yang
masih memerlukan lokasi fisik seperti, gedung perpustakaan, ruang baca, meja
referensi, meja sirkulasi, dan lain sebagainya.
Kemudian dalam perkembangannya diantara perpustakaan elektronik
dan perpustakaan digital ada perpustakaan yang dikenal dengan nama
Perpustakaan hibrida. Perpustakaan hibrida
juga masih memerlukan gedung dan lokasi fisik ditambah jaringan Internet, dan
lain-lain karena perpustakaan hibrida merupakan perpaduan antara perpustakaan
yang berbasis koleksi cetak dan berbasis informasi elektronik (Lasa HS,
2009:266). Perpustakaan digital adalah perpustakaan dengan atau tanpa lokasi fisik, koleksi
digital, ruang dan refernsi maya (Pendit, 2009 : 9). Perpustakaan Maya adalah
perpustakaan tanpa lokasi fisik, koleksi seluruhnya digital, ruang dan referensinya
bersifat maya. Perpustakaan ini hanya dapat dilihat dari Website, karena lokasi
fisiknya mungkin ada, tetapi hanya berupa ruangan yang berisi satu komputer dan
seperangkat CD-Room sebagai koleksi
pokoknya.
2.2
Web 2.0
Sebelum
membahas Library 2.0 atau
Perpustakaan 2.0, perlu kita ketahui bahwa istilah Perpustakaan 2.0
berasal dari terjemahan library
2.0 yang berawal dari konsep Web 2.0. Konsep Web 2.0 merupakan generasi
kedua dari World Web Wide (www). Web
2.0 atau parcipatory Web yang menggambarkan bagaimana teknologi www
dimanfaatkan oleh aplikasi-aplikasi yang berkembang saat ini untuk
berkolaborasi dengan para penggunanya dari seluruh penjuru dunia. Aplikasi yang
memungkinkan itu adalah blog dan wiki. Dua aplikasi itu digunakan pengguna
untuk berkontribusi terhadap isi Website lain sehingga terjalin komunikasi yang
interaktif diantara pengguna.
Pada tahun 2004, Tim O’Reilly
memprakarsai sebuah seminar dengan menggunakan nama Web 2.0. Menurut Paul
Graham (Dalam Sudarsono, 2009), nama 2.0 muncul dari sebuah brainstorming untuk
memberi nama konferensi tentang Web yang baru.
Pada sesi pertemuan berikutnya Tim O’Reilly mencoba mendefinisikan ulang
Web 2.0. Batasan yang muncul adalah beberapa kriteria sebagai berikut:
2.2.1
Web 2.0
menggunakan jaringan sebagai landasan kerja yang menjangkau semua perlatan
terkoneksi.
2.2.2
Penerapan Web
2.0 memanfaatkan keunggulan hakiki landasan kerja tersebut.
2.2.3
Menyediakan piranti
lunak yang secara terus menerus diperbaiki karena semakin banyak pengguna yang
berpartisipasi dalam upaya itu.
2.2.4
Memakai dan
memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap individu pemakai.
2.2.5
Menyediakan
data dan jasa dalam format yang mungkin dipadukan oleh pihak lain.
2.2.6
Menciptakan
keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok untuk partisipasi
berbagai pihak.
2.2.7
Melebihi
kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para pengguna.
Kriteria
di atas menunjuk pada dua hal yang saling mendukung dan menguatkan, yaitu sisi
teknologi dan sisi hubungan manusia dalam bentuk partisipasi. Sisi teknologi
diwakili oleh kelompok perangkat seperti Blog,
wikis, podcast, RSS, feeds, dan lain - lain. Sedangkan sisi sosial diwakili
dengan tebentuknya jejaring sosial (Sudarsono, 2009:3).
2.3 Web 2.0
dalam Membangun Perpustakaan
Miller, Paul (2005),
mengembangkan beberapa issue saat itu seputar konsep Web 2.0 dan artinya,
untuk perpustakaan dan organisasi-organisasi terkait. Web 2.0 adalah suatu
istilah yang sedang hangat dibicarakan, dan bahkan telah menimbulkan histeri
dari suatu Dot.Com pada tahun 1990-an
di San Fransisco. Bahkan suatu media yang sangat dihargai, seperti Business week menjadi terperanjat dengan adanya Web 2.0
tersebut.
Kemudian
Paul (2005) menjelaskan dalam suatu paper, dan sesuatu yang mungkin berkembang
dimasa depan, seorang temannya Tim O’Reilly berusaha mendefinisikan konsep Web
2.0, dan memberikan diagram yang sangat berguna untuk menggambarkan beberapa ide
yang berhubungan. Diagram tersebut sebagai berikut:
Gambar 2.1
Tim O'Reilly's Web 2.0 'meme map'
Dari gambar di atas, dapat
dilihat bahwa penempatan strategi web sebagai suatu platform (program),
memerlukan penempatan pemakai, dimana anda mengontol data anda sendiri.
Kompetensi inti yang diperlukan adalah : layanan, arsitektur partisipasi
(pemakai), kemampuan menskala biaya efektif, sumber-sumber data yang ditandai
dan tronsformasi data, perangkat lunak diatas semua tingkat dalam suatu
sarana tunggal, memanfaatkan intelegen
kolektif. Hal ini semua memerlukan dukungan
suatu sikap dan bukan suatu teknologi, mengikuti dengan diam-diam (the Long Tail), data, sebagai Intel di dalam, perangkat lunak yang
semakin baik saat digunakan pemakai, kekayaan pengalaman pemakai, kepercayaan
pemakai, dan lain sebagainya. Di samping itu untuk penempatan Web sebagai platform memerlukan kekayaan pengalaman pemakai menggunakan Gmail, Google
dan AJAX, kepercayaan pada Wikipedi,
partisipasi pada blog, dan
lain sebagainya yang ada diatas kotak segi empat.
Tak lama setelah
menerbitkan papernya, Reilly (2005) mengunggah suatu difinisi singkat ke dalam
blog perusahaannya.
Menurut
Tim O Relly, jaringan
Web 2.0, adalah suatu jaringan internet yang dipandang sebagai suatu platform, yang memutar semua jaringan
yang terhubung yang tergolong sebagai aplikasi Web 2.0. Aplikasi Web 2.0 adalah
aplikasi-aplikasi yang dapat menarik manfaat paling besar dari platform tersebut. Sifat-sifat aplikasi
Web 2.0 misalnya:
2.3.1 Aplikasi diluncurkan sebagai layanan (service) yang selalu dimutakhirkan
secara berkesinambungan (continually-updated),
yang secara otomatis bertambah bagus seiring dengan semakin banyaknya orang
yang menggunakannya.
2.3.2 Mengkonsumsi dan mencampurkan data dari
berbagai macam sumber (termasuk dari pengguna-pengguna individual), sambil
tetap menyediakan data dan layanan mereka sendiri, secara sedemikian rupa
sehingga tetap dimungkinkan untuk di-remix
oleh pihak lain,
2.3.3 Menciptakan efek jaringan (network effect) melalui arsitektur kepesertaan (architecture of participation),
2.3.4 Menuju
pencapaian yang lebih dari sekedar metafora laman Web seperti dalam Web 1.0,
untuk memberikan pengalaman antarmuka pengguna yang meriah (rich user interface).
2.3
Library 2.0
Menurut Arie Nugraha dalam seminar internasional Making You Know (2012), rumusan library
2.0 dapat dituliskan skema sebagai berikut :
Web 2.0 +
Perpustakaan = Perpustakaan 2.0 / Library 2.0
Dari beberapa literatur yang dikaji
didapatkan hasil bahwa pencetus gagasan Perpustakaan 2.0 (Library 2.0) adalah Michael
E. Casey yang di tulis di dalam Blog-nya. Disebutkannya bahwa inti dari Perpustakaan
2.0 (Library 2.0) adalah perubahan
orientasi kepada pemakai, yaitu suatu model yang menganjurkan perubahan yang
beralasan dan terus menerus, dengan mengundang partisipasi pemakai dalam
mengkreasikan layanan, baik secara fisik maupun maya sesuai dengan keinginan
mereka, yang didukung oleh evaluasi layanan secara konsisten. Layanan tersebut
juga berusaha untuk mendapatkan pemakai
baru dan layanan yang lebih baik dan terbaru melalui penawaran pengembangan kepada pemakai. Setiap komponen
berusaha sendiri untuk meningkatkan layanan yang lebih baik kepada pemakai.
Dengan mengkombinasikan semua implementasi ini kita dapat mencapai Library 2.0.
(Casey, Michael E & Savastinuk Laura C, 2006 ; 18 - 19)
Pengaruh pendekatan yang
ditandai dengan prinsip Web 2.0 dan
teknologi menawarkan kepada perpustakaan berbagai kesempatan untuk melayani
pemakainya dengan lebih baik, dan mencapai diluar dinding perpustakaan dan
Website dari institusinya untuk mencapai
keuntungan yang potensial dimana mereka kebetulan mendapatkannya, dan di
asosiakan dengan tugas yang kebetulan mereka tangani.
Perpustakaan 2.0 (Library 2.0) dapat merevitalisasi cara
berinteraksi antara pemustaka pustakawan. Jantung Perpustakaan 2.0 adalah
perubahan yang berpusat pada pemakai (user
centered). Perpustakaan 2.0 merupakan model layanan perpustakaan yang
mendorong perubahan berkelanjutan yang bermanfaat, dengan mengundang
partisipasi pemakai dalam mencipta serta mengevaluasi, baik layanan fisik maupun
maya yang mereka kehendaki.
Casey, M.E dan Savastinuk L.C (2006) mengungkapkan Perpustakaan
2.0 juga berupaya mencari pemakai baru dan melayani pemakai yang sudah ada
dengan lebih baik. Kemudian ditambahkan Casey bahwa teknologi, meskipun tidak
diperlukan sekali, dapat membantu perpustakaan - perpustakaan menciptakan pengendalian
pemakai, di lingkungan 2.0. Teknologi 2.0 telah memainkan peranan penting
terhadap kemampuan kita untuk tetap menjaga perubahan-perubahan kebutuhan dari
pemakai perpustakaan. Perkembangan teknologi dalam beberapa tahun lalu di
negara-negara maju telah memungkinkan perpustakaan-perpustakaan membuat layanan
baru. Dengan adanya Library 2.0 memberi
kemungkinan perpustakaan mengadakan layanan – layanan tambahan, seperti layanan referens maya, Online Public Access Cataloging (OPAC), media yang dapat di unduh dimana
pemakai perpustakaan dapat merasa puas di perpustakaan mereka sendiri. Library 2.0 meningkat dalam hal
kemampuan teknologinya, dengan memberikan perpustakaan-perpustakaan kemampuan
untuk menawarkan perbaikan, dan kesempatan layanan yang dikendalikan oleh
pemakai.
Sementara itu Manees
(2006), mendefinisikan bahwa Library 2.0
adalah penerapan teknologi yang didasarkan pada Web multimedia yang interaktif,
kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan Web, dan menganjurkan
diadaptasi oleh komunitas Ilmu Perpustakaan. Selanjutnya disebutkan bahwa Library 2.0 adalah komunitas virtual
yang berdasarkan pemakai. Library 2.0
adalah kaya secara sosial, menjadi space
yang menganggap semua orang sederajad. Sementara itu, pustakawan bertindak
sebagai fasilitator dan memberikan dukungan, serta menjadi penangung jawab
utama terhadap kreasi dan isi Web tersebut.
Menurut Manees (2006)
teori Library 2.0 memliliki empat
elemen penting, yaitu :
2.3.1
Berorientasi kepada Pemakai
Para pemakai
berpartisipaasi pada penciptaan isi dan layanan mereka pandang didalam Web
perpustakaan, contohnya OPAC, konsumsi dan penciptaan isinya dinamis, dan oleh
karena itu peran pustakawan dan pengguna tidak selalu jelas.
2.3.2
Memberikan Suatu Pengalaman Multimedia.
Baik koleksi maupun isi Library 2.0 berisi
komponen-komponen video dan audio. Meskipun hal ini sering tidak disitir
sebagai fungsi Library 2.0.
2.3.3
Kaya Masyarakat Pemakai
Keberadaan web tersebut termasuk kehadiran pemakai.
Ada cara baik sinkronisasi dan ansinkronisasi bagi pemakai untuk berkomunikasi
satu sama lain dan dengan pustakawan.
2.3.4
Bersifat Inovatif secara Komunitas
Hal ini menjadi aspek yang paling penting dari Library 2.0. Perpustakaan ini bersandar
pada fondasi perpustakaan sebagai suatu layanan komunitas. Tetapi harus
dimengerti bahwa sifat komunitas selalu berubah. Perpustakaan pasti tidak
berubah bersama mereka, tetapai harus mengijinkan pemakai untuk merubah perpustakaan.
Perpustakaan 2.0 mencari perubahan yang terus menerus dalam segi pelayanannya.
2.4
Jenis-jenis Layanan Perpustakaan berbasis Library
2.0
Dari beberapa artikel di atas telah diketahui
bahwa Library 2.0 adalah suatu
komunitas maya yang berorienntasi kepada pemakai. Konsep yang menjadi pondasi
kehadiran suatu web perpustakaan dan bagaimana web tersebut harus berevolusi ke
dalam suatu kehadiarn multimedia yang membolehkan pemakainya untuk tampil
sekaligus, baik dengan perpustakaan maupun pustakawan atau dengan sesama
pemakai lainnya menjadi suatu kebutuhan yang harus ada dalam proses pengembangannya.
Ada beberapa aplikasi web 2.0 yang dapat
diterapkan di perpustakaan dan dapat di evaluasi tingkat keefektifitasannya. Berikut
beberapa contoh Layanan Perpustakaan 2.0 (Manees, 2006) :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar